Ayah Hadirlah Dalam Pengasuhan Anak

Ayah adalah nahkoda pemimpin di Kerajaan bernama rumah, sebagai Raja ayah memiliki peranan luar biasa dalam banyak hal termasuk mendidik anak. 

Dimasa Rosullullah peranan AYAH dalam mendidik anak mereka luar biasa kedudukannya, sampai Allah meng kisahkan nya didalam Al Quran yaitu surat lukman. Bagaimana lukman mendidik anak-anaknya. Istimewa bukan? Tidak ada surat khusus yang berkisah tentang cara wanita mendidik anak. 

Dari Ayah terbentuk anak - anak penuh tanggung jawab, memiliki kemandirian, kekuatan dalam sikap dan pribadi. Rasa mengasihi, mencintai, toleransi dan sebagai pejuang yang tanggu dimedan kehidupan ini! 

Ayah yang menempah anak -anak mengenal Tuhannya, membimbing dan menjadi contoh teladan dalam banyak hal, termasuk mengasihi dan mencintai keluarganya. 

Pencari nafkah yang perkasa, pendidik aqidah dan memberi petunjuk kehidupan. Tapi sayang dijaman saat ini terutama di negara kita, peran ayah seakan menjadi nomor kesekian, semua diserahkan pada IBU. 

Maka survei bunda Elly Risman mengatakan INDONESIA NEGARA TANPA AYAH, mengapa peran ayah sangat kurang dalam mendidik anak - anak, rasa tanggung jawab yang justru diletakkan pada ibu, mulai dari mengasuh, mendidik dan pencari nafkah utama, ironis memang. 

Hingga muncul generasi miskin rasa percaya diri, miskin tanggung jawab, miskin rasa juang, dan banyak kekurangan lainnya, sehebat apapun ibu kodrat pemimpin pada laki-laki atau ayah tetaplah utama. 

Mari kita berkisah dari begitu lemahnya pendidikan ayah pada keluarga, soal sopan santun dan rasa percaya diri yang hilang pada generasi saat ini. Dahulu kala di Sumatera Selatan dikisahkan seorang laki-laki yang memiliki kesaktian yaitu pada lidah atau mulutnya, setiap apa yang ia ucapkan terkabul. 

Hal ini menjadi senjata ampuh baginya untuk mencelakai dan menghancurkan banyak orang, Begitulah Ayah saat ini, dengan lidahnya yang berkata buruk, menghancurkan keluarganya. Anak belajar memaki, mengumpat dan menghina serta mengolok-olok peribadi seseorang justru berasal dari keluarga terdekat yang bernama Ayah. 

Saat Ayah tanpa mengenal malu dan sopan santun, merokok seenaknya dimuka umum, dan membuang rokok yang masih menyala di sembarang tempat, menerobos lampu merah saat berkendaraan, memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi pada hal saat itu ada anak dan keluarga yang menyaksikan, memaki, berteriak dan menghujat saat menonton atau menyaksikan sebuah tayangan yang tak sesuai harapannya. 

Ayah memarahi istri atau anak dengan nada tinggi dan suara mengancam, saat itu ada anak-anak yang menyaksikan. Ayah telah mengajarkan sebuah keburukan bagaimana wanita yang kita cintai bisa kita rendahkan, bagaimana kekuasaan seseorang bisa membuatnya bersikap sewenah-wenah. 

Tanpa SANG RAJA sadari ia telah memberikan contoh dan pelajaran terburuk yang bisa menjadi rekaman jejak yang akan ditiru, AMAL JARIYAH KEBURUKAN, MENJADI DOSA JARIYAH, .. Tidak bukan.

Memang tak semua ayah seperti ini, Tapi kebanyakan ayah tak merasa perlu belajar menjadi ayah terbaik. Raja yang bijak, pemimpin ideal, PADAHAL MENJADI AYAH ADALAH SUATU AMANAH DARI ALLAH, ayah-ayah adalah orang terberat pertanggung jawabannya kelak, ia harus mempertanggung jawabkan apa yang dipimpinnya. Isteri dan anak-anak serta keluarganya.

#salamberbagikebaikan#
#sebatkankebaikanwalausatuayat

#haramain #motivasi
#mekkahmadinah 
#kalamulama 🌹#hafidzquran
#sditmatahati
#deju_salju🌹🐹🐈
#komikmuslimah
#yayasanhidayatuttauhid
#sditmatahatinagreg
#pks
https://youtu.be/9tWGCoueMyY
https://youtu.be/rRyuadmEd7U
https://youtu.be/Icdy344pfI0
https://dejusalju.blogspot.com/?m=1
https://mobileedukasikarakter.wordpress.com/
#jsitindonesia 
#JSITKabupatenBandung
#jsit_indonesia #pemudahijrah
#jsitjabar #parenting
bit.ly/DejuSalju
https://m.youtube.com/watch?v=ZuTocfyVTpI&feature=youtu.be
#lagupositif #lagunasid #lagusholawat #laguanakindonesia
#iqomic #kartunislami #negeriakhirat #stayathome #ramadhan #kartun_Muslimah #kajianislam #pksmuda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keberagaman dalam pandangan hidup

3 ‏Proses Menemukan Misi HidupBahwa setiap kita dihadirkan ke dunia, ‏sesungguhnya dengan membawa Tugas Langit atau Misi Hidup. ‏Inilah sesungguhnya alasan mengapa kita dihadirkan di dunia. ‏Karenanya hidup adalah tentang menemukan misi hidup ini dan menyelesaikannya sehingga kita bisa mempertanggungjawabkannya kelak kepada Sang Pemberi Tugas. ‏Lalu bagaimana proses menemukan Misi Hidup ini? ‏Setiap hari minimal ‎17 ‏kali kita diwajibkan berdoa, ‏meminta ditunjukkan jalan yang lurus, ‏yaitu jalan orang orang yang diberi nikmat ‎(alFatihah ayat ‎6 ‏dan ‎7). ‏Ayat ini kemudian ditafsirkan oleh surah anNisaa ayat ‎69, ‏bahwa orang yang diberi nikmat adalah para Nabi, ‏Syuhada, ‏Shodiqien, ‏Sholihien.Merujuk ayat ini, ‏maka kita bisa menggali bagaimana proses ke ‎4 ‏golongan manusia mulia di atas menemukan ‎*Jalan yang Lurus*.. ‏inilah sesungguhnya Misi Hidup yang mereka peroleh melalui proses yang tak mudah.Para Nabi misalnya, ‏umumnya menerima Tugas Kenabian ‎(Misi Kenabian) ‏pada usia ‎40 ‏tahun, ‏kecuali Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS, ‏karena keduanya wafat lebih muda. (*)Nabi Muhammad SAW menerima wahyu atau risalah atau Tugas Kenabian pada usia ‎40 ‏tahun, ‏namun Beliau menjalani proses yang fitri atau manusiawi, ‏yaitu semua aspek fitrahnya tumbuh paripurna sepanjang usia ‎0-40 ‏tahun sehingga beliau mendapatkan kehidupan yang baik ‎(hayatun thoyyibah atau the good life atau kebahagiaan), ‏lalu kemudian pada usia ‎40 ‏tahun, ‏Allah berikan tugas langit atau Misi Hidup berupa Misi Kenabian.Namun kita juga temukan kisah orang orang terdahulu, ‏yang menemukan Misi Hidupnya karena sejak awal memperjuangkan keyakinannya, ‏seperti pemuda ashabul Kahfi, ‏pemuda ashabul Ukhdud dll. ‏Para Sahabat Nabi juga menemukan Misi Hidup melalui proses yang berbeda. ‏Diantara mereka ada yang sampai akhir hayat jujur memperjuangkan keyakinannya ‎(shodiqien), ‏sebagian lagi ada yang mencapai Syahid ‎(syuhada).Seorang pakar menyebutkan ada ‎3 ‏proses manusia menemukan Misi Hidupnya ‎1. ‏Doing A Deeds, ‏yaitu menjalani saja kehidupan yang baik ‎(hayatun tahoyyibah ‎- ‏the good life), ‏yaitu fokus menumbuhkan setiap aspek fitrahnya sehingga paripurna maka kelak akan Allah berikan Misi Hidup. ‏Ini seperti kehidupan Rasulullah SAW yang menjalani kehidupan yang baik sampai usia ‎40 ‏tahun, ‏lalu mendapat Misi Kenabian.“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, ‏baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, ‏maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” (The Good Life) (QS An-Nahl ‎[16] : 97 )2. ‏Experiencing a Value, ‏yaitu memperjuangkan nilai nilai yzng kita yakini dengan sungguh sungguh, ‏maka juga kelak akan menemukan Misi Hidup. ‏Misalnya memperjuangkan keadilan, ‏kesejatian, ‏kelestarian, ‏kesejahteraan, ‏keberanian dstnya. ‏Kita banyak temukan pada kisah kisah pahlawan sejati sepanjang sejarah.3. ‏Suffering, ‏yaitu mengalami penderitaan yang hampir membuat putus asa, ‏misalnya terjadi pada orang orang yang lalai dari mengingat Robbnya, ‏lalu menjadi berantakanlah urusannya, ‏seperti hampir cerai, ‏bisnis bangkrut, ‏anak terkena narkoba dstnya. ‏Pada titik inilah biasanya muncul pertaubatan sehingga kemudian menemukan misi hidupnya."....Dan janganlah engkau mengikuti orang yg hatinya Kami lalaikan dari mengingat Kami, ‏serta mengikuti hawa nafsunya maka berantakanlah seluruh urusannya ‎( وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا - ‏wa kaana amruhu furutho ‎) "(QS Al Kahfi ‎[18] 28)Kebanyakan manusia umumnya menemukan Misi Hidupnya karena proses yang ke ‎3. ‏Sepanjang ia hidup ‎"baik baik saja" ‏atau merasa nyaman atau merasa aman karena kebutuhan terpenuhi, ‏maka ia merasa tak perlu menemukan Misi Hidupnya.Allah SWT, ‏tak pasif dan tak diam, ‏tak mengantuk dan tak tidur, ‏Dia Zat Yang Tak Lalai mengurusi urusan HambaNya, ‏Dia senantiasa intervensi dalam kehidupan manusia, ‏maka sepanjang kehidupan manusia Allah berikan kenikmafan dan kesulitan, ‏teguran dan bencana, ‏agar manusia menyadari dan menemukan Tugas Langitnya atau Misi Hidupnya itu.Pada proses yang ke ‎3 ‏yaitu Suffering ‎(Mengalami Penderitaan), ‏sesungguhnya terjadi percepatan proses yang pertama, ‏yaitu titik pertaubatan untuk kembali kepada fitrahnya. ‏Saat menderita yang tiada tara, ‏menjelang putus asa itu, ‏manusia tanpa sadar berusaha mengembalikan fitrah fitrahnya sehingga mencapai kehidupan yang baik ‎(hayatun thoyyibah) ‏dalam waktu cepat. ‏Secara fitrah keimanan, ‏dalam penderitaan itu, ‏ia memperbaiki hubungan dengan Allah. ‏Jadi relijius dalam waktu singkat, ‏dan bergerak menyambut panggilan untuk menolong agama Allah yang selama ini diabaikan dstnya sehingga kehidupan spiritualnya ‎(spiritual life) ‏membaik.Secara fitrah bakat, ‏dalam penderitaan itu, ‏ia menggali apa sesungguhnya potensi potensinya yang bisa digunakan untuk bangkit dan fokus menjalaninya atau bahkan tergerak membuat karya solutif bagi ummat dengan bakat dan potensinya itu dstnya sehingga kehidupan karir atau bisnisnya ‎(work life or business life) ‏membaikSecara fitrah belajar, ‏dalam penderitaan itu, ‏ia mulai membangkitkan kembali gairah belajarnya untuk menutup kekurangannya bahkan tergerak untuk melakukan inovasi terhadap karya solusinya dstnya sehingga kehidupan belajar dan intelektualnya ‎(learning or intelectual life) ‏membaik.Secara fitrah seksualitas, ‏dalam penderitaan itu, ‏ia mulai merajut kembali cintanya pada pasangannya, ‏pada anak anaknya, ‏mencoba menjalin relasi yang lebih kokoh agar keturunannya kelak lebih baik, ‏rajin mengkuti parenting dstnya sehingga kehidupan keluarganya ‎(family life) ‏membaik.Secara fitrah individualitas dan sosialitas, ‏dalam penderitaannya itu, ‏ia mulai menurunkan egonya selama ini, ‏tergerak untuk silaturahmi, ‏banyak meminta maaf dan memaafkan, ‏mulai terlibat dan membangun komuntas dan jaringan dstnya sehingga kehidupan sosialnya ‎(social life) ‏membaik.Secara fitrah estetika dan bahasa, ‏dalam penderitaannya itu ‎, ‏ia mulai banyak menghaluskan tuturnya, ‏mulai banyak mengapresiasi keindahan dalam banyak hal, ‏mulai tergerak untuk mendamaikan jiwanya bahkan mendamaikan banyak orang atau melestarikan alam dstnya, ‏sehingga kehidupan estetikanya ‎(aesthetic life) ‏membaik.Secara fitrah jasmani, ‏dalam penderitaan itu, ‏ia mulai memperbaiki pola makan, ‏pola tidur, ‏pola gerak dan pola bersih sehingga kemudian menjadi membaiklah kehidupan kesehatannya ‎(health life)Begitupula secara fitrah perkembangan, ‏dalam penderitaannya itu, ‏kemudian kedewasaannya meningkat, ‏mindset yang dulu sulit dirubah, ‏kini dengan mudah bisa dirubah. ‏Banyak tanggungjawab yang diambil alih olehnya dengan sukarela dstnya sehingga kemudian membaiklah kehidupan perkembangan personalnya ‎(personal growth life) ‏Begitulah proses Suffering, ‏membuat manusia berusaha memperbaiki fitrah fitrahnya sehingga menjadi baiklah kehidupannya dan kemudian Allah karuniakan Misi Hidup lalu ia menyambut perannya atau misi hidupnya. ‏Namun, ‏sayangnya, ‏banyak pula ketika badai penderitaan datang, ‏ia tak menyadari bahwa Allah sedang bicara padanya agar ia segera menyadari misi hidupnya, ‏malah makin menjauh dari Allah.Ada pula, ‏ketika badai berlalu, ‏merasa kehidupannya telah tenang kembali, ‏kemudian ia tak menyambut Misi Hidupnya.Nah, ‏silahkan pilih proses ‎1,2, ‏atau ‎3 ‏yang akan kita jalani.#fitrahbasedlife ‎(*) ‏Sebagai catatan bahwa Isa AS diwafatkan namun tidak dimatikan dan kelak akan kembali lagi ke dunia dan hidup sampai usia ‎40.

HATI-HATI MELATINKAN BAHASA ARAB !!!